Takhrijul Hadits



Takhrijul Hadits

Salah satu manfaat dari takhriijul hadits adalah memberikan informasi bahwa suatu hadits sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya.

A. PENGERTIAN

Kata Takhij adalah bentuk masdar dari fill madi yang secara bahasa berartimengeluakan sesuatu dari tempat.
Pengertian takhrij menurut ahli hadits memiliki tiga (3) macam pengertian, yaitu:
  1. Usaha mencari sanad hadits yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Jamius Sahih Muslim. kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh lmam Muslim.
  2. Suatu keterangan bahwa hadits yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata: “Akhrajahul Bukhari”, artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Jamius Sahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim.
  3. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadits yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.Misalnya:
    1. Takhrij Ahadisil Kasysyaaf, karyanya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam kitab Tafsir AI-Kasysyaafyang oleh pengarangya tidak diterangkan derajat hadisnya, apakah sahih, hasan, atau lainnya.
    2. Al Mugny AnHamlil Asfal, karya Abdurrahim Al-Iraqy, adalah kitab yang menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali.

B. MANFAAT TAKHRIJUL HADIS

Ada beberapa manfaat dari takhrijul hadits antara lain sebagai berikut:
  1. Memberikan informasi bahwa suatu hadits termasuk hadis sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya;
  2. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak).
  3. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SA W. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.

C. KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN

Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk melakukan takhrij hadits. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain:
1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar AI-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadits-hadits yang termuat dalam Sahih AI-Bukhari. Lafal-lafal hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab. Namun hadits-hadits yang dikemukakan secara berulang dalam Sahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadits riwayat AI-Bukhari tidak dapat diketahui lewat kamus tersebut.
2. Mu jam Al-Fazi wala siyyama al-garibu minha atau fihris litartibi ahadisi sahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke- V dari Kitab Sahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Jus V ini merupakan kamus terhadap Jus ke-I -IV yang berisi:
  1. Daftar urutan judul kitab serta nomor hadits dan juz yang memuatnya.
  2. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits yang termuat dalam Sahih Muslim.
  3. Daftar awal matan hadits dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta diterangkan nomor-nomor hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, bila kebetulan hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah. Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadits-hadits yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadits tersebut disusun menurut abjad dari awal lafal hadits lafal matan hadits.
4. AI-Bugyatu fi tartibi ahadasi al-hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq AI-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadits-hadits yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim AI-Asabuni (w. 430 H) yang berjudul: Hilyatul auliyai wababaqatul asfiyai. Sejenis dengan kitab tersebut di atas adalah kitab Miftahut tartibi li ahadisi tarikhil khatib
yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad bin Sayyid As-Siddiq AI-Qammari yang memuat dan menerangkan hadits-hadits yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin Ahmad AI-Bagdadi yang dikenal dengan AI-Khatib Al- Bagdadi ( w. 463 H). Susunan kitabnya diberi judul Tarikhu Bagdadi yang terdiri atas 4 jilid
5. Al-Jamius Sagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuti (w.91h). Kitab kamus hadis tersebut memuat hadits-hadits yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-suyuti juga, yakni kitab Jam ‘ul Jawani.
Hadits yang dimuat dalam kitab Jamius Sugir disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafal matan hadis. Sebagian dari hadits-hadits itu ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun telah mengandung pengertian yang cukup.
Kitab hadits tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits yang bersangkutan dan nama-nama Mukharijnya (periwayat hadis yang menghimpun hadits dalam kitabnya). Selain itu, hampir setiap hadits yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau disetujui oleh As-suyuti.
6. AI-Mujam al-mufahras li alfazil hadits nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan ialah Dr. Arnold John Wensinck (w.j 939 m), seorang profesor bahasa-bahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda.
Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadits berdasarkan petunjuk lafal matan hadits. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi hanya lafal-lafal yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadits. Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadits, asal saja sebagian dari lafal matan yang dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh Juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadits, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan Daromi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad.

D. CARA MELAKSANAKAN TAKHRIJUL HADITS

Secara garis besar menakhrij hadits (takhyijul hadis) dapat dibagi menjadi dua cara dengan menggunakan kitab-kitab sebagaimana telah disebutkan di atas. Adapun dua macam cara takhrijul hadits yaitu:
1. Menakhrij hadits telah diketahui awal matannya, maka hadits tersebut dapat dicari atau ditelusuri dalam kitab-kitab kamus hadits dengan dicarikan huruf awal yang sesuai diurutkan dengan abjad.
Contohnya hadits Nabi:
Untuk mengetahui lafal lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Ternyata halaman yang ditunjuk memuat penggalan lafal tersebut adalah halaman 2014. Berarti, lafal yang dicari berada pada halaman 20 14 juz IV. Setelah diperiksa, maka diketahuilah bahwa bunyi lengkap matan hadits yang dicari adalah:
Artinya:
“(Hadits) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.”
Apabila hadits tersebut dikutip dalam karya tulis ilmiah, maka sesudah lafal matan dan nama sahabat periwayat hadits yang bersangkutan ditulis, nama Imam Muslim disertakan. Biasanya kalimat yang dipakai adalah
Nama sahabat periwayat hadits dalam contoh di atas adalah Abu Hurairah, dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak ditulis di awal matan. kalimat yang dipakai berbunyi :
Dalam kitab Sahih Muslim dicantumkan di catatan kaki sebagaimana lazimnya.
Kamus yang disusun oleh Muhamad Fuad Abdul Baqi tersebut tidak mengemukakan lafal hadits Nabi yang dalam bentuk selain sabda. bahkan hadits yang berupa sabda pun tidak disebutkan seluruhnya. Contoh:
Lafal hadits tersebut tidak termuat dalam kamus, padahal Sahih Muslim memuatnya dalam juz III halaman 1359, nomor urut hadits 1734. Hadis yang dimuat dalam kamus adalah hadis yang semakna yang terdapat dalam juz dan halaman yang sama dengan nomor urut hadis 1733, lafalnya berbunyi:
2. Menakhrij hadits dengan berdasarkan topik permasalahan (takhrijul hadis bit Mundu’i)
Upaya mencari hadits terkadang tidak didasarkan pada lafal matan (materi) hadis, tetapi didasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadits berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadis yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadits dalam segala konteksnya.
Pencarian matan hadits berdasarkan topik masalah tertentu itu dapat ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab himpunan kutipan
hadits, namun berbagai kitab itu biasanya tidak menunjukkan teks hadits menurut para periwayatnya masing-masing. Padahal untuk memahami topik tertentu tentang petunjuk hadits, diperlukan pengkajian terhadap teks-teks hadis menurut periwayatnya masing-masing. Dengan bantuan kamus hadits tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut riwayat dari berbagai periwayat akan mudah dilakukan. Salah satu kamus hadits itu ialah:
(Untuk empat belas kitab hadits dan kitab tarikh Nabi).
Kitab tersebut merupakan kamus hadits yang disusun berdasarkan topik masalah. Pengarang asli kamus hadits tersebut adalah Dr. A.J. Wensinck (Wafat 1939 M), seorang orientalis yang besar jasanya dalam dunia perkamusan hadits. Sebagaimana telah dibahas dalam uraian terdahulu, Dr. A.J. Wensinck adalah juga penyusun utama kitab kamus hadits:
Bahasa asli dari kitab Miftah Kunuzis-Sunnah adalah bahasa Inggris dengan judul a Handbook of Early Muhammadan. Kamus hadits yang berbahasa Inggris tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sebagaimana tercantum di atas oleh Muhamad Fuad Abdul-Baqi. Muhamad Fuad tidak hanya menerjemahkan saja, tetapi juga mengoreksi berbagai data yang salah.
Naskah yang berbahasa inggris diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun 1934.

Dalam kamus hadis tersebut dikemukakan berbagai topik, baik. yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan petunjuk Nabi maupun yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan nama. Untuk setiap topik biasanya disertakan beberapa subtopik, dan untuk setiap subtopik dikemukakan data hadits dan kitab yang menjelaskannya. Berarti, lafal yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, maka diketahuilah bahwa bunyi lengkap matan hadits yang dicari adalah:
Artinya:
“(Hadits) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah SAW bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.”
Jika hadis tersebut dikutip dalam karya tulis ilmiah, maka sesudah ditulis lafal matan dan nama sahabat periwayat hadits yang bersangkutan, disertakan nama Imam Muslim. Biasanya kalimat yang dipakai adalah:
Nama sahabat periwayat hadits, dalam contoh di atas adalah Abu Hurairah, dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak ditulis di awal matan.
Dalam hal ini, kalimat yang dipakai dapat berbunyi:
Dalam kitab Sahih Muslim dicantumkan di catatan kaki sebagaimana lazimnya. Kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul-Baqi tersebut tidak mengemukakan lafal hadits Nabi yang dalam bentuk selain sabda. Bahkan hadis yang berupa sabda pun tidak seluruhnya dimuat. Salah satu contohnya ialah lafal hadits yang berbunyi:
Lafal hadits tersebut tidak termuat dalam kamus, padahal Sahih Muslim memuatnya dijuz III halaman 1359, nomor urut hadis: 1734. Lafal yang dimuat dalam kamus adalah hadits yang semakna yang terdapat dalam juz dan halaman yang sama, dengan nomor urut hadits 1733. Lafal itu berbunyi:
Penggalan hadits nomor 1631 merupakan contoh juga dari matan hadis yang tidak termuat dalam kamus itu.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan kamus tidak hanya kitab-kitab hadits saja, tetapi juga kitab-kitab sejarah (tarikh) Nabi. Jumlah kitab rujukan itu ada empat belas kitab, yakni:
Dalam kamus, llama dan beberapa hal yang berhubungan dengan kitab-kitab tersebut dikemukakan dalam bentuk lambang. Contoh berbagai lambang yang dipakai dalam kamus hadits Miftah Kunuzis-Sunnah, yaitu:
=j us pertama (awal)
= bab
= sahih al-bukhari
= Sunan Abi Daud
= Sunan At-Turmuzi
= Juz ketiga
= juz kedua
= Juz
= Hadits
= Musnad Ahmad
= juz kelima
= juz keempat
= Musnad Zald bin Ali
= juz keenam
= halaman (Sathah)
= Musnad Abi Daud At-Thayalisi
= Tabaqat Ibni Saad
= Bagian Kitab (Qismul-kitab)
 = Konfirmasikan data yang sebelumnya dengan data yang sesudahnya
= Magazi AI-Waqidi
= Kitab ( dalam arti bagian)
= Muatta’ Malik
= Sunan Ibni Majah
= Sahih Muslim
= Hadis terulang beberapa kali
= Sunan Ad-Darimi
= Sunan An-Nasai
= Sirah Ibni Hisyam
Angka kecil yang berada di sebelah kiri bagian atas dari angka Yang umum = hadits yang bersangkutan termuat sebanyak angka kecil itu pada halaman atau bab yang angkanya disertai dengan angka kecil tersebut.
Setiap halaman kamus terbagi dalam tiga kolom. Setiap kolom memuat topik; Setiap topik biasanya mengandung beberapa subtopik; dan pada setiap subtopik dikemukakan data kitab yang memuat hadits yang bersangkutan. Cara penggunaannya seperti berbagai hadis yang dicari adalah yang memberi petunjuk tentang pemenuhan nazar: Dengan demikian, topik Yang dicari dalam kamus adalah topik tentang nazar.
Dalam kamus (Miftah Kunuzis-Sunnah) terbitan Lahore (pakistan), topik nazar termuat di halaman 497, kolom ketiga. Topik tersebut mengandung empat belas subtopik. Subtopik Yang dicari berada pada urutan kedua belas, di halaman 498, kolom ketiga. Data Yang tercantum dalam subtopik tersebut adalah sebagai berikut :
Dengan memahami kembali maksud lambang-lambang yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa maksud data di atas ialah:

  1. Sunan Abu Daud, nomor urut kitab (bagian): 21; nomor urut bab: 22.
  1. Sunan lbnu Majah, nomor urut kitab (bagian): 11;nomor utut bab: 18.
  1. Sunan Ad-Darimi, nomor urut kitab (bagian): 14; nomor urut bab: 1.
  1. Muatta ‘ Malik, nomor urut kitab (bagian): 22 nomor urut bab: 3.
  1. Musnad Ahmad, juz ll, halaman 159; juz lII, halaman 419; dan juz VI, halaman 266 ( dalam halaman itu, hadis dimaksud dimuat dua kali) .

Setelah data diperoleh, maka hadits yang dicari, yakni dalam hal ini hadis yang membahas pemenuhan nazardiperiksa pada kelima kitab hadis di atas. Judul-judul kitab (dalam arti bagian) yang ditunjuk dalam data di atas dapat diperiksa pada daftar nama kitab (dalam arti bagian) yang termuat pada Bab IV tulisan ini untuk masing-masing kitab hadits yang bersangkutan.
Apabila yang dicari, misalnya berbagai hadits Nabi tentang tata cara salat malam yang dilakukan Nabi pada bulan Ramadan, maka topik yang dicari dalam kamus adalah topik Ramadan. Topik tersebut ada di halaman 211, kolom ketiga. Subtopik untuk Ramadan ada dua puluh satu macam. Subtopik yang dicari berada pada urutan subtopik keenam dan terletak di halaman 212, kolom kedua (tengah). Data yang dikemukakan adalah :
Dengan memeriksa lambing-lambang yang telah dikemukanan dalam pembahasan terlebih dahulu, maka data tersebut dapat dipahami maksudnya. Sesudah itu lalu diperiksa hadis-hadis yang termuat dalam keenam kitab hadis tersebut, yakni dalam Sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan At-Turmuzi, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai dan Musnad Ahmad.
Sekiranya topik yang dikaji berkaitan dengan nama orang, misalnya Abu Jahal, maka nama tersebut ditelusuri dalam kamus. Nama Abu Jahal ternyata terletak di halaman l5 kolom kedua, subtopiknya ada empat macam. Data untuk subtopik yang pertama, misalnya berbunyi sebagai berikut
(Keburukan tingkah laku Abu Jahal terhadap Nabi SAW.
Dengan demikian untuk mengetahui keburukan tingkah laku AbuJahal kepada Nabi Muhamad, dapat diperiksa hadits-hadits yang termuat
dalam:

  1. Sahih Muslim, nomor urut kitab (bagian): 50; pada nomor urut hadis: 28
  1. Musnad Ahmad, juz II, halaman 370. Data tersebut agar dikonfirmasikan dengan data yang dikemukakan sebelumnya dan sesudahnya.
  1. Sirah Ibnu Hisyam, halaman 184.

Untuk memperlancar pencarian hadits berdasarkan topik tersebut, perlu dilakukan praktek pencarian hadis berdasarkan data yang dikemukakan oleh kamus. Perlu ditegaskan bahwa berbagai hadis yang ditunjuk oleh kamus  belum dijelaskan kualitasnya. Untuk mengetahui kualitasnya diperlukan penelitian tersendiri.

sumber gambar : http://www.abatasa.co.id/

Takhrijul Hadits
Takhrijul Hadits
  • parafrasa syair burung nuri
  • tentukan maksud dan nilai yang terkandung dari syair burung nuri
  • kata yang bersifat arkais dan maknanya
  • kata yang bersifat arkais beserta maknanya
  • tentukan maksud dan nilai yang terkandung dari “syair burung nuri” tersebut.
  • kata yang bersifat arkais
  • kata bersifat arkais
  • tentukan kata yang bersifat arkais
  • tentukan kata yang bersifat arkais dan carilah makna kata tersebut
  • tentukan maksud dan nilai yang terkandung dalam syair burung nuri tersebut
  • tentukan maksud dan nilai yg terkandung dari syair burung nuri

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Takhrijul Hadits

0 komentar:

Post a Comment